Sherly Annavita Rahmi Mengulas Buku The Psychology of Money, Morgan Housel, Tentang Cara Berpikir Orang Kaya

20 Maret 2022, 19:30 WIB
Sherly Annavita Rahmi dalam mengulas buku The Psychology of Money karya Morgan Housel. /Tangkapan layar/YouTube Sherly Annavita Rahmi/

Media Purwodadi – Pastinya tiap individu mempunyai sudut pandang berbeda terkait dengan uang dan penasaran dengan cara berpikir orang kaya.

Setiap orang yang belum mencapai kehidupan mapan finansial pasti penasaran dengan tentang cara berpikir orang kaya.

Nah, dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel memberikan perspektif baru mengenai bagaimana Anda memandang uang dan cara berpikir orang kaya.

Melalui penelusuran Media Purwodadi, pada kanal YouTube Sherly Annavita Rahmi akan memberikan ulasan dari buku The Psychology of Money karya Morgan Housel.

Baca Juga: Sempat Ditunda, pembalap Red Bull KTM, Miguel Oliveira Menangi seri kedua MotoGP Mandalika, Indonesia 2022

Sherly mengungkapkan bahwa buku tersebut dapat mengubah pola pikir dan cara pribadinya dalam memperlakukan keuangan.

Dibalik pribadi Morgan Housel, partner di Collaborative Fund dan juga seorang mantan kolumnis di The Motley Fool, The Wall Street Journal.

Morgan Housel telah memenangkan 2 kali penghargaan bisnis terbaik dari Society of American Business Editor and Writers, dan pemenang New York Times Sidney Awards.

Buku The Psychology of Money termasuk International Best Seller per bulan Juli 2021 lalu, sudah masuk cetakan ke 6 sejak terbit pada Mei 2021.

Jarang sekali ada buku yang membahas mengenai uang dan finansial dari sudut pandang ilmu manusia atau psikologi.

Baca Juga: Makam Sunan Kalijaga Demak Kembali Dibuka, Kapolres Ingatkan Peziarah Tetap Taat Protokol Kesehatan

Morgan dalam buku The Psychology of Money ini, menawarkan kesuksesan finansial bukanlah ilmu yang sulit, menurut Morgan ini adalah soft skill. Softskill yang dimaksud adalah psikologi uang.

“Bukan tentang seberapa pintarnya kita, tapi ini tentang pengulangan dan kebiasaan kita dalam memperlakukan uang,” jelas Sherly.

Salah satu poin penting yang Morgan highlight dalam buku The Psychology of Money adalah kita tidak bisa terlalu cepat menilai attitude dan karakter seseorang berdasarkan pengeluarannya.

Karena bisa jadi memang starting point-nya sudah beda, dibesarkan ditengah keluarga yang berbeda dengan situasi finansial global yang berbeda pula.

Membuat cara kita berpikir dan memperlakukan uang juga berbeda.

Morgan memberikan 2 kesimpulan, dari segi eksternal kita jadi tidak mudah menjudge orang lain berdasarkan cara mereka menggunakan uang.

Dari segi internal kita jadi tidak mudah membandingkan diri dengan orang lain.

Bahwa starting point-nya bisa jadi berbeda, faktor keberuntungan atau luck yang berbeda, situasi dan kondisi sosial yang saat itu berbeda.

Kita bisa melihat apa yang mereka lakukan untuk bisa berada di titik tujuan mulai dari effort, nilai apa yang dipegangnya, lingkungan apa yang membentuknya sehingga memiliki karakter tersebut.

Baca Juga: Viral Video Anak Melawan Orang Tua di Gabus, Berikut Ini Faktanya

Sherly mengulas 3 dari 12 poin utama dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel

Poin pertama, kekayaan tidak datang dengan cepat semua butuh proses. Morgan menjelaskan bahwa mempertahankan akan jauh lebih sulit daripada mendapatkan.

Morgan memberikan contoh dari nama-nama orang terkenal yang masuk dalam majalah Forbes antara lain Jeff Bezos, Warren Buffet, Bill Gates, Elon Musk, dan seterusnya.

Banyak orang yang berbicara tentang kekayaan mereka, namun sedikit membahas tentang kebiasaan yang mengantarkan orang-orang tersebut ke posisi sekarang.

“Dan ternyata semuanya punya tiga irisan habit yang sama. Pertama mereka konsisten menabung dan berinvestasi sejak kecil, yang kedua mereka ahli di bidangnya, dan yang ketiga mereka semua pemimpi,” ujar Sherly.

Ciri-ciri dari seorang pemimpi yaitu berani menetapkan tujuan besar yang melampaui zamannya, berani menebusnya dengan effort yang di atas rata-rata, akan terus belajar dan bergerak.

Semua yang dikerjakan itu mengarah pada mimpi tersebut. Dengan kata lain atas nama ‘sukses’ apapun baik dari finansial, karir, dan lainnya.

Poin kedua, dividen tertinggi dari uang adalah ‘waktu’.

Morgan mengatakan “Money’s greatest intrinsic value and this can’t be overstated, its ability to give you control over your time, using your money to buy time and options has a lifestyle benefit few luxury goods can compete with”.

Alasan dibalik kalimat Morgan tersebut sangatlah sederhana, hidup hanya sekali dan kita menginginkan kehidupan yang berarti.

Banyak riset penelitian menunjukkan bahwa penghasilan kita mengalami penurunan yang drastis terhadap kebahagiaan kita pada titik tertentu.

“Lebih banyak uang atau menghasilkan lebih banyak lagi uang, nggak lagi memberikan satisfaction atau kebahagiaan yang sama seperti saat pertama kali kita mendapatkannya,” ucap Sherly.

Sejalan dengan Hukum Ekonomi yang menyatakan bahwa pembelian kedua atau ketiga akan memberikan kepuasan atau level kebahagiaan yang berbeda.

Menurut Morgan Housel, jauh lebih baik menukar uang dengan extra time seperti melakukan sesuatu yang membuat diri merasa senang.

Kita selalu bisa membuat atau mendapatkan lebih banyak uang, namun kita tidak dapat membuat atau menciptakan lebih banyak waktu.

“Apapun profesi kita dimanapun kita, satu hari tetap 24 jam. Kita nggak bisa mengatur dan menambahnya, yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya,” tambah Sherly.

Ada dua cara dalam mengelola hal tersebut yaitu pertama dengan cara mendelegasikan tugas yang bisa dikerjakan oleh orang lain.

Sehingga waktu kita dalam satu hari tetap bisa digunakan untuk berolahraga, kumpul bersama keluarga dan lain-lain.

Cara kedua, kerja keraslah sekarang hingga tipping point dari uang dan kebahagiaan itu tercapai. Jika hal tersebut telah tercapai, bayar dengan mengalokasikan waktu lebih untuk keluarga.

Poin ketiga, ‘enough is enough’, cukup ya cukup. Bagian poin terakhir ini sangatlah menarik lantaran berhadapan dengan ego masing-masing.

Saat banyak buku finansial memberikan rumus bahwa savings atau tabungan adalah pemasukan dikurangi dengan pengeluaran.

Maka morgan dalam bukunya dengan gamblang mengatakan bahwa tabungan adalah pemasukan dikurangi ego.

Ketika kita mampu mengendalikan ego, maka cukup ya cukup. Kita mengejar azas efektivitas, fungsionalitas, dan efisiensi.

Hal tersebut cara khusus yang dilakukan oleh Sherly dalam pengaturan pengeluaran beberapa bulan terakhir.

Sherly sangat merekomendasi kepada para pembaca untuk membaca buku The Psychology of Money karya Morgan Housel.

Cocok bagi Anda yang saat ini sedang fokus dan konsisten ke financial freedom atau sedang bersemangat dalam mengumpulkan uang.

Demikian ulasan dari Sherly Annavita Rahmi dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel mengenai cara berpikir orang kaya. ***

Editor: Titis Ayu

Sumber: YouTube Sherly Annavita Rahmi

Tags

Terkini

Terpopuler