Network
Media Purwodadi – Kota Pemalang memang memberikan sejuta keindahan, mulai dari suasana kota, tempat wisatanya hingga kulinernya.
Bicara tentang kuliner yang ada di Pemalang, ada yang namanya nasi grombyang salah satu makanan yang melegenda hingga kota pemalang sering kali dianggap kota grombyang.
Kurang pas rasanya jika singgah di kota grombyang tanpa mencicipi grombyangnya itu sendiri. Lalu, apa sih nasi grombyang itu?
Nasi grombyang merupakan makanan khas dari Pemalang yang berisikan sayur yang memiliki warna seperti rawon yang sama-sama memakai kluwak.
Baca Juga: Tips Agar Tubuh Tidak Mengalami Dehidrasi Saat Puasa, Berikut Ini Penjelasannya
Perbedaannya, nasi grombyang memiliki kuah yang tidak terlalu pekat, didalamnya diisi dengan nasi dan diguyur dengan kuah dan irisan daging kerbau serta bawang goreng.
Nama nasi grombyang sendiri diambil dari tampilannya Dengan sedikit nasi di dalamnya dan guyuran kuah yang memenuhi mangkuk kecil yang menjadikan nasi di dalamnya mengapung dan bergoyang-goyang atau “grombyangan” dalam bahasa Jawa.
Dalam suatu kesempatan, Media Purwodadi mengunjungi salah satu warung makan nasi grombyang Pak Sapi’i, yang terletak di jalan R.E Martadinata, Pelutan.
Sapi’i penjual nasi grombyang ini menuturkan dirinya telah berjualan grombyang sejak tahun 1971 dan pada saat itu pak Sapi’i berjualan masih berpindah-pindah di berbagai tempat di Pemalang kota.
“Nasi grombyang sendiri berisikan irisan daging kerbau, namun jika dirasa memberatkan atau susah untuk mencari daging kerbau, bisa diganti dengan daging sapi saja,” tutur Sapi’i saat ditemui oleh Media Purwodadi.
Semangkuk nasi grombyang ini sangat murah yakni mulai dari Rp15 ribu dan untuk sate kerbaunya sendiri cukup Rp5 ribu per tusuk.
Untuk sate kerbaunya sendiri memiliki 2 macam yakni sate kerbau babat dan sate kerbau daging.
Dari berbagai sumber yang ditelusuri Media Purwodadi, rupanya nasi grombyang ini juga termasuk dalam warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kuliner nasi grombyang sebagai salah satu WBTB menjadi tugas pemerintah kota setempat bertanggung jawab atas empat pilar. Yakni perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pelestarian.***
