Kumpul di Semarang, Ratusan Akademisi Definisikan Ulang Peran Agama Hadapi Krisis Global

- 1 Februari 2024, 15:51 WIB
Penjelasan penting tentang Annual International Conference on Islamic Studies di Jakarta.
Penjelasan penting tentang Annual International Conference on Islamic Studies di Jakarta. /Dok Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama./


Media Purowdadi – Kaum akademisi Indonesia dan sejumlah negara bertemu di Semarang pada kegiatan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke 23.

Ajang tahunan ini digelar Ditjen Pendidikan Islam Kementerian dan akan berlangsung di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo pada 1-4 Februari 2024.

Para akademisi ini akan berdiskusi soal kontemporer dalam bingkai tema 'Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues'

Baca Juga: Getafe vs Madrid: Misi Los Blancos Raih 3 Poin Penuh Guna Kudeta Girona dari Puncak Klasemen Sementara

Dari 1.957 artikel yang dikirim calon peserta konferensi, terpilih 328 tulisan terbaik. Para penulis ini berasal dari 10 negara yakni Afghanistan, Armenia, Mesir, Indonesia, Irak, Malaysia, Moroko, Nigeria, Pakistan, dan Sri Lanka.

Mereka terbagi tiga kelompok yakni Invited Papers (80), Open Panel (100) dan Extended Panel (148). Tujuan kegiatan ini untuk mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam.

"AICIS kali ini bertujuan untuk mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam, dalam menghadapi tantangan kemanusiaan kontemporer di kancah global," terang Staf Khusus Menag bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo di Jakarta, Senin 29 Januari 2024.

"Termasuk peran dalam menguatkan persaudaraan kemanusiaan. Gelaran AICIS bertepatan dengan momentum Hari Internasional Persaudaraan Manusia yang ditetapkan PBB sejak 2020 untuk diperingati setiap 4 Februari," sambungnya.

Peringatan Hari Persaudaraan Manusia Internasional ini didasarkan pada momentum ditandatanganinya Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan pada 4 Februari 2019 oleh Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus.

Kemudian dilanjutkan dengan pendirian Zayed Award for Human Fraternity sebagai bentuk tindak lanjut dari penadatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan.

"Alhamdulillah, tahun ini NU dan Muhammadiyah telah ditetapkan sebagai penerima Zayed Award for Human Fraternity," sebut Wibowo.

Tujuh Isu

Dalam AICIS 2024, Wibowo mengatakan ada tujuh tema atau sub tema yang akan dibahas yakni:

1. Agama, Nasionalisme dan Kewarganegaraan di Asia Tenggara
2. Dampak isu dan ketegangan keagamaan Internasional terhadap nasionalisme, kewarganegaraan dan HAM
3. Krisis kesetaraan, keadilan dan kemanusiaan
4. Ketegangan Agama dan Kemanusiaan Global
5. Isu Gender, Spiritualitas dan Minoritas
6. Fiqih Siyasah tentang Perang dan Damai: Pasca Kolonial
7. Kebijakan berbasis Maslahah Mursalah, Kesetaraan dan Pemberdayaan

Baca Juga: Pria Ini Awalnya Mengaku Menjadi Korban Begal di Tegowanu Hingga Akhirnya Muncul Permintaan Maaf, Ada Apa?

"Isu besarnya adalah peran agama dalam menguatkan nasionalisme, merespons krisis keadilan dan kesetaraan, masalah gender, serta kemaslahatan umat, termasuk yang berkenaan dengan krisis iklim," jelas Wibowo.

Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Ahmad Zainul Hamdi merinci, ada 25 sessi panel yang disiapkan panitia untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi sub tema. Sejumlah akademisi, dalam dan luar negeri, dijadwalkan hadir dan ikut sumbang pemikiran.

Yang unik selama kegiatan ini akan ada pesta durian yang akan menjamu para peserta yang hadir dalam acara tersebut.***

Editor: Andik Sismanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x