Selain itu, Ema juga memastikan agar nantinya factory sharing benar-benar digunakan dan bermanfaat bagi pengusaha skala kecil dan menengah.
Ia menyebut, persiapan tidak hanya soal lahan. Tetapi terkait kesiapan pembiayaan dan manajerial factory sharing furniture di Solo Raya.
"Kalau untuk beroperasinya belum tahu. Jadi yang Di Sragen sudah siapkan masyarakatnya, mulai kita cari tanahnya, siapkan UKM, koperasinya,”.
“Kami kejar persiapannya terutama visibilitas studi, jangan sampai dibuat tapi tidak digunakan. Terutama (manfaat) bagi lingkungan dan UKM sekitar,”.
“Mudah-mudahan 2023 sudah jalan, karena factory sharing kan harus ada manajerialnya juga supaya tidak asal-asalan,” ungkapnya.
Ema menambahkan, kehadiran factory sharing bidang furnitur, juga diharap menggenjot ekspor produk kayu.
Selain factory sharing di bidang furnitur, Ema juga mengungkapkan fasilitas itu rencananya akan dibuat untuk sektor lain. Seperti beras di Demak, Fesyen di Rembang dan Logam di Tegal.
Senada, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng Arif Sambodo mengatakan, factory sharing adalah bentuk hadirnya pemerintah untuk masyarakat. Ia mengaku, siap mendukung pendirian fasilitas tersebut.
“Dukungannya adalah untuk proses standardisasi khususnya SNI (Standardisasi Nasional Indonesia). Ada salah satu instalasi kita yang bisa menjadi bagian dari proses produksi,” ucapnya.