Adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan dapat memicu terjadinya fenomena hujan es tersebut.
Pembentukan hujan es berasal dari sistem awan Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi.
Hal ini menandakan adanya kondisi labilitas udara secara signifikan dalam sistem awan tersebut.
Baca Juga: Lirik Lagu Makan Teman, Tompi Ceritakan Makna Persahabatan Lewat Lagu
Sehingga akan terbentuk butiran es di awan dalam ukuran yang cukup besar.
Sementara besarnya dimensi butiran es yang disertai dengan kuatnya aliran udara turun ke dalam sistem awan Cb.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar terbentuk di puncak awan Cb.
Kemudian dimensi butiran es turun ke dasar awan hingga keluar dari awan yang menjadi fenomena hujan es.
Kecepatan downdraft dari awan Cb yang siginifikan ini dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara.
Bahkan sampai jatuh di permukaan bumi masih berbentuk butiran es yang kemudian dikenal dengan fenomena hujan es.