Susanto, Dokter Gadungan yang Dilaporkan RS PHC Surabaya Ini Ternyata Pernah ‘Berkarir’ di Grobogan

13 September 2023, 22:35 WIB
Sosok Susanto yang dilaporkan RS PHC Surabaya karena memalsukan data saat melamar sebagai dokter ini ternyata pernah melamar di Grobogan. /Instagram

Media Purwodadi – Petualangan pria bernama Susanto yang mengaku sebagai dokter ini berakhir saat masa kontraknya di RS PHC Surabaya habis dan hendak diperpanjang.

 

 

Ternyata, Susanto yang dimaksud ini pernah meniti karir di Kabupaten Grobogan sebagai dokter gadungan dibeberapa instansi di Kabupaten Grobogan, seperti di Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai Kepala Unit Transfusi Darah, dokter wiyata di Puskesmas Gabus dan Direktur RS Habibullah Gabus.

Susanto yang mengaku sebagai dokter ini, namanya tidak terdaftar di Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Aksi tipu Susanto menjadi dokter di Grobogan ini sempat terendus, namun pria ini buru-buru kabur ke Kalimantan Selatan.

Di Kalimantan Selatan, aksi Susanto kembali dilakukannya. Ia mendaftar sebagai dokter di RS Pahlawan Medical Center, Kandangan. Namun, baru lima hari bertugas, Susanto sudah terendus merupakan dokter gadungan. Pasalnya, Susanto terlihat grogi dan hampir salah penanganan saat operasi caesar.

Baca Juga: Bupati Grobogan Jadi Narasumber di Rakernis Baharkam Polri di Yogyakarta, Penasaran Isi Materinya?

Direktur RS tersebut melaporkan Susanto ke pihak kepolisian dan dijatuhi vonis oleh PN Kandangan selama 20 bulan. Namun, aksinya kembali dilakukan Susanto untuk menjadi dokter gadungan dengan identitas lain untuk mendaftar di RS di Surabaya.

Sepak Terjang di Grobogan

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Grobogan, dr Djatmiko MAP menjelaskan, Susanto pernah bertugas sebagai Kepala UTD PMI Grobogan selama tiga tahun mulai 2006-2008, kemudian merangkap sebagai dokter di Puskesmas Gabus di Grobogan dan Direktur RS Habibullah.

“Jangka antara tahun tersebut, saya masih bertugas di Puskesmas dan ketemu dengan beliau hanya pada saat pertemuan saja. Orangnya memang cenderung tertutup,” ujar Djatmiko.

Djatmiko menjelaskan, setelah selesai berurusan hukum di Kalimantan, Susanto pernah mengajukan perpanjangan STR ke IDI Grobogan.

“Waktu itu, Susanto meminta perpanjangan STR ke admin. Namun, admin tidak berani, akhirnya berkoordinasi dengan saya dan pikiran saya tertuju pada Susanto yang dulu pernah di sini. Akhirnya, saya minta yang bersangkutan untuk melengkapi dokumen, seperti ijazah dan bukti keanggotaan sebagai anggota IDI,” ujar dr Djatmiko.

Djatmiko menerangkan, hingga kini IDI Grobogan belum menerima berkas dan dokumen yang diminta. Namun, dirinya baru mengetahui kabar dari media bahwa yang bersangkutan tengah menjalani proses hukum atas kasus yang sama.

“Saya dengar dari media, ada rumah sakit di Surabaya yang melaporkan Susanto ini karena kasus yang sama,” ujar Djatmiko.

Hanya Tamatan SMA

Diketahui, Susanto hanyalah seorang yang mengenyam pendidikan sampai SMA saja. Dirinya beralamat di Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan dan mempunyai pekerjaan sebagai petani palawija di desanya.

Kedok Susanto sebagai dokter gadungan ini terungkap saat melamar pekerjaan di RS PHC Surabaya sebagai Tenaga Layanan Klinik untuk dokter First Aid.

Susanto mencatut identitas milik dr Anggi Yurikno agar lolos kriteria yang dipersyaratkan pihak RS. Susanto mengirim lamaran dengan mengganti foto korbannya menggunakan potret foto dirinya.

Baca Juga: Pelaku Pencurian di Desa Bendoharjo, Gabus Dihajar Massa Saat Beraksi di Rumah Warga

Aksinya terbongkar saat Susanto ingin memperpanjang kontraknya. Saat itu, pegawai RS PHC meminta kembali berkas lamaran Susanto.

Saat melakukan pengecekan berkas, pegawai RS tersebut melihat tidak sesyainya antara Sertifikat Tanda Registrasi (STR) dengan dr Anggi Yurikno. Pihak RS PHC melakukan cross check keaslian sertifikat di website hingga ditemukan bahwa Susanto bukan dr Anggi Yurikno.

 

 

Sementara dr Anggi Yurikno yang asli bekerja di RSU Karya Pengalengan Bhakti Sehat, Bandung, Jawa Barat.***

Editor: Agung Tri

Tags

Terkini

Terpopuler