“Ketika anda ingin meningkatkan puasa di bulan-bulan Hurum seperti bulan Almuharram, Zulqaidah, Zulhijjah, Rajab itu silahkan, boleh-boleh saja. Walaupun tidak ada kekhususan mengkhususkan puasa satu bulan saja, tidak,” terang UAH.
“Kalau anda ingin puasa Rajab dengan mengikuti nabi isyaratnya ingin menghidupkan evaluasi diri. Terkhusus di bulan-bulan Hurum ada 4 tadi. Maka itu tidak apa-apa silahkan. Sunnah, boleh,” tegas UAH.
Ia melanjutkan, jadi tidak masalah di bulan Rajab mau puasa Senin, Kamis, atau puasa Yaumul Bidh, karena seperti hari-hari biasa.
Tetapi ketika puasa itu dikerjakan untuk berniat menghindari maksiat. Maka pahalanya akan berlipat dari hari-hari sebelumnya.
Karena keutamaan puasa bulan Rajab sama dengan keutamaan puasa di bulan-bulan Hurum lainnya.
Jika ada yang menyampaikan jika puasa sehari di bulan Rajab terbebas dari api neraka atau bisa minum dari sugai Rajab di Surga, itu adalah hadist palsu.
“Kalau pengen puasa silahkan, tapi gunakan sandaran yang sahih hadistnya,” terang Ustadz Adi Hidayat.
UAH menambahkan, jika malam ingin sholat malam di bulan Rajab, boleh silahkan tunaikan sholat. Tapi sekali lagi beliau menegaskan, jangan gunakan hadist palsu sebagai sandaran.
UAH mengimbau jangan sampai puasa di bulan Rajab ini karena menggunakan hadits palsu sebagai sandaran. Gunakanlah hadist sahih yang disebutkan di awal, maka diperbolehkan.***