Tradisi Rabu Wekasan, Sejarah Hingga Mitos Yang Masih Dipercaya Masyarakat Indonesia Hingga Sekarang

- 21 September 2022, 04:05 WIB
Tradisi Rabu Wekasan jatuh pada tanggal 21 September 2022.
Tradisi Rabu Wekasan jatuh pada tanggal 21 September 2022. /Pixabay/


Media Purwodadi – Rabu Wekasan atau yang juga disebut Rabu Pungkasan merupakan tradisi yang dilaksanakan tiap Rabu terakhir padaBulan Safar.

Bagi sebagian umat Muslim Indonesia khususnya di Jawa masih melaksanakan tradisi Rabu Wekasan guna menolak bala atau kesialan.

Selain itu, Rabu Wekasan juga dipercaya sebagian umat Islam sebagai hari pertama Nabi Muhammad SAW jatuh sakit dan meninggal dunia.

Baca Juga: Kode Redeem Game Point Blank Zepetto Rabu, 21 September 2022, Buruan Klaim dan Kalahkan Tim Lawan Mu

Untuk menghindari kesialan di hari Rabu Wekasan ini, biasanya sebagian masyarakat melakukan beberapa kegiatan ritual maupun amalan.

Kegiatan yang dilakukan masyarakat meliputi tahlilan atau zikir berjamaah, shalat sunah, dan berbagi makanan dalam bentuk selamatan.

Kegiatan tersebut bertujuan agar Tuhan Yang Maha Kuasa menjauhkan mereka dari segala penyakit dan malapetaka yang dipercaya turun pada Rabu Wekasan di Bulan Safar.

Sebagai informasi, Rabu Wekasan atau Rabu Pungkasan di bulan Safar tahun ini jatuh pada hari Rabu, 21 September 2022.

Tradisi Rabu Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo. Kala itu, banyak ulama yang menyebutkan bahwa pada Bulan Safar, Allah SWT menurunkan macam-macam penyakit.

Sebagai antisipasi datangnya penyakit dan agar terhindar dari musibah, para ulama pun melakukan tirakatan dengan banyak beribadah dan berdoa.

Kegiatan tersebut bertujuan agar Allah SWT menjauhkan mereka dari segala penyakit dan malapetaka yang dipercaya turun pada Rabu terakhir di bulan Safar.

Hingga kini, tradisi tersebut masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam di Indonesia dengan sebutan Rabu Wekasan atau Rabu Pungkasan.

Dalam pelaksanaannya tradisi Rabu Wekasan ini setiap daerah memiliki cara atau tradisi yang berbeda-beda serta memiliki ciri khas sendiri.

Misalnya, di Bantul biasanya membuat lemper raksasa untuk dibagikan, di Banyuwangi melakukan tradisi petik laut.

Lain lagi di Banten masyarakat melaksanakan sholat khusus di pagi hari pada Rabu terakhir Bulan Safar..

Pada Rabu Wekasan, sebagian masyarakat Indonesia juga melakukan puasa sunnah. Biasanya, puasa ini dilakukan selama tiga hari agar terhindar dari kesialan.

Baca Juga: Benarkah Golongan Darah A Lebih Beresiko Terserang Stroke Daripada Golongan Darah Lainnya?

Ada sejumlah mitos Rabu Wekasan yang sampai saat ini masih dipercayai sebagian masyarakat Indonesia. Berikut beberapa mitos tentang Rabu Wekasan:

Tidak Boleh Menikah

Salah satu mitos tentang Rabu Wekasan adalah tidak boleh menikah. Konon, pasangan yang menikah pada hari Rabu Wekasan akan mendapat kesialan.

Bahkan, orang yang nekat menggelar pesta pernikahan pada hari ini rumah tangganya akan diliputi pertengkaran hingga perceraian.

Larangan Berhubungan Intim

Saat malam Rabu Wekasan, pasangan suami istri dilarang berhubungan intim. Konon, bila hal ini tetap dilakukan akan memicu hal-hal buruk apabila si istri nantinya hamil.

Bahkan, ada mitos jika melanggar nantinya jika bayinya lahir kemungkinan akan cacat.

Larangan Keluar Rumah

Kemudian mitos Rabu Wekasan selanjutnya, yaitu dilarang bepergian atau keluar rumah. Konon, seseorang yang keluar rumah pada saat Rabu Wekasan akan mendapat musibah dan kesialan.

Maka dari itu, sebagian orang yang memercayai hal ini akan tetap berdiam di rumah atau tidak melakukan perjalanan jauh.

Demikian tadi sejarah tradisi Rabu Wekasan atau Rabu Pungkasan beserta beberapa mitos yang dipercayai sebagian masyarakat Indonesia.***

Editor: Agung Tri Wibowo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah