Pasangan Suami Istri Berprofesi Polisi di Grobogan Pilih Isi Waktu Senggang Jadi Petani Bawang Merah

- 2 Oktober 2023, 15:11 WIB
Briptu Wachid saat turun ke sawah di sela-sela kesibukannya menjadi polisi.
Briptu Wachid saat turun ke sawah di sela-sela kesibukannya menjadi polisi. /Dok Media Purwodadi./


Media Purwodadi – Pasangan suami istri yang sama-sama berprofesi sebagai polisi ini mengisi waktu senggangnya dengan mengurusi lahan pertanian yang mereka miliki.

 

 



Pasangan suami istri berprofesi polisi ini melakukan kegiatan bertani bawang merah di lahan seluas setengah hektar di Desa Pengkol, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan.

Mereka adalah Briptu Wachid Asrori Hidayat dan Brigadir Mega. Keduanya sama-sama bertugas sebagai polisi di Polres Grobogan. Di waktu senggang, mereka menjadi petani bawang merah di lahan dibeli dari tabungan mereka sejak awal menikah.

Baca Juga: Kode Redeem PUBG Mobile Senin, 2 Oktober 2023: Update Terbaru, Klaim dan Tingkatkan Level Permainan Anda

“Memilih untuk mengalokasikan penghasilan yang kita miliki dan kita kumpulkan untuk membeli sawah. Tujuannya untuk masa depan kami. Lahan setengah hektar yang kita beli ini, kita tanami bawang merah,” ujar Briptu Wachid, sapaan akrabnya.

Briptu Wachid mengatakan ia dan istrinya berkeputusan untuk menanam bawang merah di lahan yang mereka miliki lantaran tanah tersebut cocok ditanami bawang merah.

“Di Kecamatan Penawangan ini yang paling banyak hasil pertaniannya itu lebih ke bawang merah. Beberapa lagi ada gabah, semangka, dan melon. Tetapi yang paling banyak itu bawang merah, karena ya mungkin perawatannya lebih mudah,” ujar Briptu Wachid.

Pria yang bekerja di bagian Humas Polres Grobogan ini memang sudah kenal pertanian sejak kecil. Pasalnya, Briptu Wachid ini berasal dari keluarga petani.

Briptu Wachid kenal pertanian sejak kecil lantaran memang berasal dari keluarga petani.
Briptu Wachid kenal pertanian sejak kecil lantaran memang berasal dari keluarga petani. /Dok Media Purwodadi./

“Orang tua petani. Sejak kecil memang cita-citanya jadi polisi. Kemudian, setelah jadi polisi, kemudian menikah dan kita tetap berpikir untuk masa depan, maka kami menabung dan hasilnya buat beli sawah. Belajar bertani dari bapak saya,” ujar Briptu Wachid.

Bekerja Sama

Briptu Wachid dan Brigadir Mega sama-sama bekerja keras agar bawang merah yang mereka tanam itu menghasilkan panen yang melimpah. Sepulang bekerja, mereka langsung turun ke sawah.

“Pulang kerja, istirahat sebentar, kemudian ke sawah. Kadang kalau pupuknya habis, saya dan istri yang beli sendiri ke toko pupuk. Kita tidak pakai pupuk subsidi, tetapi pakainya nonsubsidi,” ujar Briptu Wachid.

Sementara itu, Brigadir Mega mengungkapkan, dirinya turut mendukung apa yang dilakukan suaminya tersebut. Apalagi saat memilih untuk bertani bawang merah.

“Tidak seperti lainnya, kita justru memilih untuk bertani bawang merah dan saya mendukung ide suami saya tersebut. Alhamdulilah, sampai sekarang berjalan lancar dan semoga ke depannya lebih baik,” ujar Brigadir Mega.

Hasil Panen Menjanjikan

Briptu Wachid mengungkapkan, untuk bertani bawang merah, mereka mengeluarkan modal Rp30 jutaan untuk membeli bibit bawang merah.

“Modal awal Rp30 jutaan untuk beli bibit bawang merah. Pas panen, kalau harga tinggi, laba kotor yang diterima sekitar Rp120 jutaan. Tetapi kalau harga bawang merah rendah di pasaran, masih bisa tetap balik modal,” ujar Briptu Wachid.

Kendala yang dihadapi Briptu Wachid adalah hama. Biasanya yang menyerang adalah hama ulat dan jamur.

“Karena saya berdinas kapanpun, jadi tidak bisa dipastikan waktunya untuk turun ke sawah jam berapa, maka untuk menjaga saya mempekerjakan orang untuk menyemprot hama-hama ini. Kendala yang lain itu saat musim kemarau, tidak ada air dan kita terpaksa beli air di sumur orang dengan harga per jam Rp50 ribu untuk tiga hari setiap 5 jam,” ujar Briptu Wachid.

Sekali panen bawang merah berisi 50 kilogram tiap sak.
Sekali panen bawang merah berisi 50 kilogram tiap sak. /Dok Pribadi Wachid./

Inspirasi

Briptu Wachid dan Brigadir Mega bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Meskipun mereka sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai polisi, namun keduanya tidak sungkan untuk bertani.

Briptu Wachid menilai, bertani adalah pilihan. Banyak anak muda saat ini yang enggan untuk memilih pertanian sebagai ladang pekerjaan mereka.

Baca Juga: Kode Redeem FF Senin, 2 Oktober 2023 Update Terbaru, Klaim Segera dan Dapatkan Hadiah dari Garena Indonesia

“Padahal Indonesia adalah negara agribisnis. Kita punya alam yang indah dan berlimpah-limpah. Maka, saya yang masih muda memilih untuk menginvestasikan apa yang saya miliki untuk kegiatan pertanian, sebab kalau bukan kita siapa lagi yang akan meneruskan kegiatan pertanian kita ke depan?” ungkap Briptu Wachid.

Briptu Wachid saat membeli pupuk nonsubsidi sebagai bentuk perawatan lahan pertaniannya.
Briptu Wachid saat membeli pupuk nonsubsidi sebagai bentuk perawatan lahan pertaniannya. /Dok Pribadi Wachid./

Hal senada diungkapkan Brigadir Mega. Saat yang lain berinvestasi rumah, perhiasan, kendaraan pribadi atau membuka usaha yang modern, mereka tetap pada tujuan yakni mengembangkan pertanian.

 

Halaman:

Editor: Agung Tri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x