Kisah Raden Ngabehi Kusumo Keturunan Kerajaan Surakarta Ini Terkenal di Wilayah Grobogan

- 1 September 2022, 08:00 WIB
Makam Raden Ngabehi Kusumo yang berada di Dusun Krajan, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan.
Makam Raden Ngabehi Kusumo yang berada di Dusun Krajan, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan. /dok Media Purwodadi / Rika Rahmania

Media Purwodadi - Sebuah kisah sejarah terdapat di Kabupaten Grobogan. Yakni sosok Raden Ngabehi Kusumo, yang merupakan keturunan Kerajaan Surakarta.

Di mata warga Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon Grobogan, sosok Raden Ngabehi Kusumo ini tidak asing karena dimakamkan di desa setempat.

Lokasi makam Raden Ngabehi Kusumo berada di Dusun Krajan, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan.

Baca Juga: Jadwal Acara MNC TV Kamis, 1 September 2022 : Bedah Rumah Lagi, Kampung Jakarta, Suparman Reborn

Media Purwodadi menerima kisah sejarah tentang Raden Ngabehi Kusumo yang dulunya merupakan keturunan Keraton Surakarta dari juru kunci makam yakni Raden Tumenggung Parjan Puspokodipuro.

Raden Tumenggung (RT) Parjan Puspokodipuro menceritakan Raden Ngabehi Kusumo merupakan putra dari Amangkurat IV yang bernama Gusti Pangeran Haryo (GPH) Suryo Putro.

Dari cerita RT Parjan, Raden Ngabehi Kusumo lahir sekitar tahun 1664 dan meninggalkan Keraton Kartasura sekitar tahun 1704.

Saat itu, Raden Ngabehi Kusumo kira-kira berusia 40 tahun. Ketika itu terjadi pergolakan antara Pangeran Puger dan Amangkurat III pada sekitar tahun 1703- 1708 karena hasutan VOC.

Dalam perjalanannya ke Grobogan sekitar tahun 1705 – 1710 M, dia diikuti oleh beberapa sahabat setianya.

"Ketika itu wilayah Grobogan belum dinamai Grobogan. Pada momentum perjalanan Raden Ngabehi Kusumo itu, dia turut membuka dan menamai sejumlah wilayah dan desa," cerita RT Parjan dalam bahasa Jawa.

"Antara lain yakni Desa Tuko (Kecamatan Pulokulon) yang berarti tumeko atau datang, Dusun Wates (Desa Kradenan) yang mana wates berarti batas, Dusun Belan (Desa Kradenan) yang berarti pembelaan tanah wilayah, dan Kradenan," tambahnya.

Menurut RT Parjan, Kradenan berasal dari kata "raden". Di Kradenan itulah, Raden Ngabehi Kusumo menyusun pemerintahan dan syiar agama Islam.

Raden Ngabehi Kusumo membentuk bekel dan ulu-ulu sebagai pengurus pemerintahan.

"Sahabat Raden Ngabehi Kusumo yang bernama Raden Langen Wijaya Kusumo meninggal dunia di wilayah Kradenan dan dimakamkan di daerah sekitar," tambah RT Parjan.

Makam tersebut diberi nama 'Langen Harjo', kemudian oleh pemerintah dibangun waduk, dan waduk itu diberi nama Waduk Nglangon.

Suatu hari, Raden Ngabehi Kusumo sedang berada dalam kejaran tentara VOC dan akhirnya sampai di lokasi bernama Logender di Dusun Tuko.

Logender berasal dari kata "lo" yang berarti pohon lo dan gender yakni gong. Penamaan itu didasarkan pada gong yang terdapat pohon lo yang menempel.

Dalam perjalanan berikutnya, Raden Ngabehi Kusumo berpindah tempat lagi hingga membuat pesanggrahan di daerah yang kini dikenal dengan Desa Tuko.

Tuko sendiri berasal dari kata "tumeko" yang artinya sampai pada tempat yang aman.

"Di Pesanggrahan Tuko inilah beliau merasakan aman dari kejaran tentara VOC Belanda. Di sini pula Raden Ngabehi Kusumo bersama sahabat- sahabatnya membuka kehidupan bermasyarakat dan melakukan aktifitas syiar agama Islam," imbuhnya.

Raden Ngabehi Kusumo meninggal dunia pada tahun 1724 dalam usia sekitar 60 tahun.

Oleh para sahabat, Raden Ngabehi Kusumo dimakamkan di dekat Pesanggrahan tersebut. Tepatnya di Dusun Krajan Lor, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Kamis, 1 September 2022 : Menjemput Berkah, Full House, Biar Viral, 86

"Sebagai bentuk penghormatan kepada Raden Ngabehi Kusumo, masyarakat kini rutin melakukan kegiatan nyadran atau sedekah bumi," ujar RT Parjan.

Acara selamatan itu selalu dilakukan setiap Senin Pon bulan Dzulkaidah atau dalam istilah jawa disebut bulan Apit.

Itulah kisah sosok Raden Ngabehi Kusumo yang merupukan pria keturunan Surakarta yang terkenal di Grobogan.

Berada di Dusun Krahan, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, warga mengenal sosok Raden Ngabehi Kusumo dan sejarahnya lewat makam yang berada di situ.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x