Bolehkah Wanita Haid Membaca Alquran? Ini Penjelasan Ust. Nanung Tentang Hukumnya

- 16 April 2024, 16:49 WIB
Ilustrasi amalan wanita haid saat Ramadhan.
Ilustrasi amalan wanita haid saat Ramadhan. /Pexels.com/RODNAE Productions.

Media Purwodadi – Sering menjadi pertanyaan di kalangan masyarakat, bolehkah wanita haid membaca Alquran dan bagaimana dasar hukum boleh tidaknya?.

Dalam Islam, wanita haid atau nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah wajib salat dan puasa. Demikian beberapa ulama juga menganjurkan untuk tidak memegang mushaf Alquran. Lantas, bolehkah wanita haid membaca Alquran?.

Apalagi membaca Alquran merupakan ibadah yang disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki keutamaan salah satunya menjadi syafaat bagi pembacanya ketika hari kiamat nanti.

Nah tentunya pada muslimah tidak ingin melewatkan ibadah membaca Alquran, terlebih saat bulan Ramadan.

Baca Juga: Bulan Ramadhan 1443 Hijriyah, Anggota Bhabinkamtibmas di Grobogan Ini Gelar Safari Tadarus Alquran

Hukum Wanita Haid Membaca Alquran 

Berikut penjelasan Ustadz Nanung Danar Dono Ph.D., tentang bolehkah wanita haid membaca Alquran yang disampaikan melalui pesan Ramadan di grup whatsapp Halal Class MES pada Minggu, 7 April 2024.

Ustadz Nanung mengatakan, Ibu/Bapak yang dimuliakan Allah, para ulama berbeda pendapat tentang masalah ini. Ada yang mengizinkan, namun ada pula yang melarang.

“Jika mencermati diskusi yang ada, nampaknya pendapat yang memperkenankan lebih kuat daripada yang melarang,” tuturnya.

Ulama-ulama yang mengizinkan wanita haid membaca Alquran berpendapat bahwa tidak ada dalil shahih yang melarang wanita haid membaca Alquran. Justru, ada dalil yang menunjukkan bahwa wanita haid tidak masalah membaca Kitab Suci Alquran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda kepada Aisyah ra. yang akan melaksanakan umrah padahal sedang haid:

ثم حجي واصنعي ما يصنع الحاج غير أن لا تطوفي بالبيت ولا تصلي

“Kemudian berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji kecuali thowaf dan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Jabir bin Abdillah ra.) 

Syaikh Al-Albany memberikan penjelasan:

فيه دليل على جواز قراءة الحائض للقرآن لأنها بلا ريب من أفضل أعمال الحج وقد أباح لها أعمال الحاج كلها سوى الطواف والصلاة ولو كان يحرم عليها التلاوة أيضا لبين لها كما بين لها حكم الصلاة بل التلاوة أولى بالبيان لأنه لا نص على تحريمها عليها ولا إجماع بخلاف الصلاة فإذا نهاها عنها وسكت عن التلاوة دل ذلك على جوازها لها لأنه تأخير البيان عن وقت الحاجة لا يجوز كما هو مقرر في علم الأصول وهذا بين لا يخفى والحمد لله

“Hadits ini menunjukkan bolehnya wanita haid membaca Alquran, karena membaca Alquran termasuk amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan Nabi Shallalahu ‘alaihi wasalam. telah mengizinkan Aisyah semua amalan kecuali thowaf dan sholat, dan seandainya haram baginya membaca Alquran, tentunya akan Beliau terangkan sebagaimana Beliau terangkan hukum sholat (ketika haid), bahkan hukum membaca Alquran (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena tidak adanya nash dan ijma’ yang mengharamkannya, berbeda dengan hukum shalat (ketika haid),”.

“Jika Beliau Shallalahu ‘alaihi wasalam melarang Aisyah dari sholat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum membaca Alquran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa membaca Alquran ketika haid diperbolehkan, karena mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.” (Hajjatun Nabi. Halaman 69). 

Baca Juga: Berikut Niat Puasa Ramadhan dan Ayat Alquran yang Menjelaskan Tentang Kewajiban Puasa Ramadhan

Bagaimana dengan Menyentuh Mushaf?

Wanita yang ber-hadats kecil dan wanita haid jika ingin membaca Alquran, maka dilarang menyentuh secara langsung mushaf atau bagian dari mushaf.

Ini adalah pendapat para ulama dari empat madzhab, Hanafiyyah (Al-Mabsuth 3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil hal: 17-18), Syafi’iyyah (Al-Majmu’ 2/67), Hanabilah (Al-Mughny 1/137).

Para ulama ini merujuk Firman Allah ta’alaa:

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.” (QS. Al Waaqi'ah: 79)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan larangan menyentuh 'mushhaf' disini adalah larangan menyentuh fisik kitab, termasuk kulit cover-nya/sampulnya. Namun menyentuh mushhaf dengan alas (kaos tangan, kain mukena atau jilbab, dan lainnya.) tidak dilarang. 

Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:

يجوز للحائض والنفساء قراءة القرآن في أصح قولي العلماء ؛ لعدم ثبوت ما يدل على النهي عن ذلك بدون مس المصحف، ولهما أن يمسكاه بحائل كثوب طاهر ونحوه، وهكذا الورقة التي كتب فيها القرآن عند الحاجة إلى ذلك 

“Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Alquran, menurut pendapat yang lebih shahih dari 2 pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang melarang, namun tidak boleh menyentuh mushaf, dan boleh memegangnya dengan penghalang seperti kain yang bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang kertas yang ada tulisan Alquran (dengan menggunakan penghalang) ketika diperlukan.” (Fatawa Syeikh Bin Baz 24/344).

Lalu bagaimana dengan 'hadits' tentang larangan membaca Alquran berikut?

Dari Ibnu Umar, dari Nabi Shallalahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Janganlah wanita yang haid dan orang yang junub membaca sedikit pun juga dari (ayat) Alqur’an.” Dalam riwayat yang lain, “Janganlah orang yang junub dan wanita yang haid membaca sedikit pun juga dari (ayat) Alqur’an.”

(HR. Tirmidzi no. 121; Ibnu Majah no. 595 dan 596; Ad-Daruquthni 1/117; dan Baihaqiy 1/89, dari jalan Ismail bin Ayyaasy dari Musa bin Uqbah dari Naafi, dari Ibnu Umar (ia berkata seperti di atas)).

Ibu/Bapak yang dirahmati Allah, Al-Hafidzh Ibnu Hajar menyebutkan di kitabnya Talkhisul Habir (1/138) bahwa di dalam sanad hadits ini ada Ismail bin Ayyaasy, sedangkan riwayatnya dari penduduk Hijaz dha’if dan di antaranya (hadits) ini.

Berkata Ibnu Abi Hatim dari bapaknya (Abu Hatim), “Hadits Ismail bin Ayyaasy ini keliru, dan (yang benar) dia hanya perkataan Ibnu Umar”. Dan telah berkata Abdullah bin Ahmad dari bapaknya (yaitu Imam Ahmad ia berkata), “(Hadits) ini batil, “Beliau mengingkari (riwayat) Ismail. 

“Dari uraian di atas nampaknya cukup jelas bahwa Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasalam tidak melarang wanita haid membaca (hafalan) Alquran. Sedangkan apabila ingin membaca dengan memegang (menyentuh) fisik Kitab Suci Alquran-nya, dipersyaratkan untuk menggunakan alas kain atau yang lainnya,” terang Ustadz Nanung.

Lebih lanjut Ust. Nanung mengatakan, maka mari kita memperbanyak membaca Firman-firman Allah di dalam Kitab Suci Alquran. Semoga bacaan Alquran kita menjadi salah satu syafa'at bagi kita di Hari Akhirat kelak. Semoga bermanfaat. Allaahu a’lam bish-showwab.***

Editor: Titis Ayu

Sumber: halal center ugm


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah