Kembali Viral di TikTok, Korea Reomit Rangkum Tentang Kasus Dugaan Kekerasan Anak Pada YouTuber Cilik

- 22 Maret 2022, 18:15 WIB
Hansol Jang saat berikan rangkuman terkait dugaan kekerasan terhadap anak yang tejadi pada salah satu YouTuber anak asal Korea Selatan.
Hansol Jang saat berikan rangkuman terkait dugaan kekerasan terhadap anak yang tejadi pada salah satu YouTuber anak asal Korea Selatan. /tangkapan layar YouTube Korea Reomit.


Media Purwodadi – Kabar beredar mengenai kasus kekerasan terhadap anak. Dugaan kasus kekerasan ini dialami oleh Boram, YouTuber anak asal Korea Selatan.

Banyak informasi yang beredar kembali mengenai kanal YouTube Boram Tube hingga ramai dibicarakan di media sosial, salah satunya TikTok.

Boram Tube merupakan seorang anak perempuan lahir pada 1 Februari 2013. Banyak rumor yang beredar bahwa orang tuanya melakukan kekerasan kepada Boram.  

Melalui penelusuran Media Purwodadi, Hansol Jang dalam Korea Reomit membahas mengenai kasus dugaan kematian YouTuber cilik asal Korea, Boram Tube.

Baca Juga: Terseret Arus Saat Mandi di Sungai Kupang, Bocah 8 Tahun Asal Batang Ditemukan Meninggal Dunia

Dalam unggahannya pada kanal YouTube Korea Reomit, Hansol Jang menjelaskan, Boram Tube merupakan nama dari anak ‘Boram’ yang muncul di kanal YouTube tersebut dan kerap mengunggah konten bertemakan anak-anak.

Dalam kanal YouTube ‘Boram Tube’ berawal dari orang tuanya mulai mendokumentasikan anaknya saat bermain dengan permainannya maupun dengan keluarganya.

Lambat laun kanal Boram Tube semakin populer hingga akhirnya menjadi channel kids yang digemari oleh anak-anak.

Namun, hampir banyak orang Korea yang mengetahui kanal Boram Tube. Lantaran Boram Tube membeli sebuah gedung di Gangnam, Korea Selatan, dengan harga mencapai sekitar 9,5 Won atau setara dengan Rp 110 Miliar.

“Dikarenakan itu orang-orang dewasa jadi, wah ternyata channel kids upload video kayak gitu aja bisa beli gedung harga 110 Miliar. Bukan karna, orang dewasa itu nontonin channel itu,” ungkap Hansol Jang.

Dari rangkuman Hansol Jang, kasus kekerasan pada Boram, bermula pada 2017 karena adanya suatu organisasi yang bernama ‘Save the Children’.

Save the Children, menuntut orang tua Boram sebagai orang yang melakukan kekerasan kepada anaknya. Kekerasan yang dilaporkan adalah beberapa cara sebagaimana mereka dalam membuat konten yang ada di Boram Tube.

Setelah dituntut, jaksa juga menuntut mereka dan di akhir sidang dinyatakan bersalah, namun tidak menjalani hukuman.

Namun, keputusan dari kehakiman adalah menyuruh kedua orang tua untuk mengikuti bimbingan cara mendidik anak.

Hansol Jang hanya dapat membahas lebih lanjut melalui beberapa foto yang memperlihatkan Boram Tube.

Foto pertama terlihat Boram sedang menyetir mobil mainan berwarna kuning. Boram yang memakai topi merah, sedang menengok ke arah belakang sambil memegang setir.

“Tapi kalau dilihat dengan baik, anaknya ini waktu itu dia berusia sekitar 5 atau 7 tahun. Didudukan di mobil mainan, lalu dia disuruh nyetir di jalan besar,” jelas Hansol.

“Mungkin ada yang bilang ini ‘kan settingan, tapi apakah ini pantas untuk dilakukan hanya untuk membuat konten, apa mungkin anak itu beneran disuruh main disitu,” tambahnya.

Baca Juga: Kode Redeem PUBG Mobile Rabu, 23 Maret 2022 : Jangan Lupa Agar Tak Kehabisan, Kamu Harus Klaim Malam Nanti

Hal ini merupakan salah satu bentuk kekerasan karena cukup membahayakan untuk keselamatan sang anak.

Hansol mengungkapkan bahwa bisa jadi Boram benar-benar ketakutan, tapi dipaksa untuk duduk di mobil dan berpura-pura enjoy.

Foto kedua, terlihat Boram memegang sebuah dompet. Dalam penjelasan Hansol, Boram sedikit diperintah untuk mencuri dompet dari sang ayah saat sedang tidur.

“Tapi ini tidak pantas dibuat konten, apalagi yang menonton channel ini mayoritas adalah anak-anak kecil, yang nonton pasti anak-anak usia 10 tahun kemungkinan,” jelas Hansol.

Foto ketiga, memperlihatkan foto Boram yang sedang memegang kaki bonekanya terpotong dengan ekspresinya terlihat sedih.

“Namun disini terkesan anaknya itu benar-benar sedih, jadi kayak mainan favoritnya ini dipatahkan dan membuat anaknya itu benar-benar sedih,” lanjutnya.

Hal ini termasuk kekerasan terhadap mental anak, dengan tindakan mainan sang anak dirusak hingga membuatnya menangis sehingga menjadi bahan konten di YouTube.

Namun, 2018 ada suatu program TV yang meliput hal tersebut lebih dalam dan ada seorang staf yang dulunya bekerja di Boram Tube.

“Bilang bahwa orang tuanya itu bilang ke Boram ‘ayo nak sekarang waktunya main ya, nanti papa rekam’ bukan kayak gitu ‘eh Boram, main! Senyum! Senyumnya kurang bagus sekali lagi,” kata Hansol.

Bisa dibilang, Boram dipaksa untuk bekerja, namun saat terlihat di video YouTube, Boram terlihat enjoy dengan mainannya.

Setelah keramaian tersebut, kanal Boram Tube sudah jarang mengunggah konten. Namun, mereka mempunyai banyak versi kanal YouTube mulai dari Korea, China, Amerika, dan lainnya.

Pada saat Boram Tube membeli sebuah gedung yang ternyata tidak baru, mereka membelinya dengan pinjaman uang dari bank sekitar 70-80 persen.

Lebih lanjut, Hansol Jang memberitahu suatu informasi yang belum pasti benar, terkait 3 inisial nama pemain pada channel YouTube dari Boram, yang hanya sebuah informasi yang beredar di komunitas Korea.

Mereka diduga memiliki beberapa channel lain yang tetap dioperasikan oleh orang yang sama.

Dilihat dari channel Boram Tube, ada beberapa orang yang muncul dan sekarang memiliki channel lain dan kontennya tetap untuk anak-anak yang terkesan childish.

“Pertama inisialnya H disitu yang muncul cowok-cowok  dan channel yang kedua itu inisialnya D yang ini gede banget subscribernya juga banyak banget, kalau dibandingkan dengan Boram Tube yang dulu 30 juta subscriber memang kecil, tapi ini lumayan besar,” ungkap Hansol.

Baca Juga: Jadi Sarana Pembinaan, 38 Narapidana Lapas Kelas IIB Purwodadi Ikuti Penelitian Kemasyarakatan

“Dan satu lagi ini 2 cewek yang muncul inisialnya T dan N. Dilihat dari sini view-nya itu lumayan tinggi. Kita nggak tahu yang nonton benar orang dewasa ataupun anak kecil. Tapi terkesan mereka tetap terus bisa menghasilkan uang,” lanjutnya.

Untuk saat ini Boram Tube tidak terlalu aktif. Banyak pemberitaan terkait Boram ini.

Hal yang menyedihkan berawal dari mendokumentasikan momen-momen berharga bersama keluarga, berubah dan diakibatkan uang yang dihasilkan semerta-merta tergantung pada view.

Hingga akhirnya mengakibatkan sifat channel YouTube Boram Tube sedikit berubah dan melupakan tujuan awalnya.

Hansol Jang menambahkan bahwa, channel YouTube sekarang ini menjadi suatu bentuk bisnis baru. Hanya saja, pria yang sejak kecil tinggal di Malang ini menyayangkan bahwa orang tua  seharusnya mencintai dan menyayangi anak.

Namun, untuk kasus yang terjadi pada Boram, Hansol Jang justru menilai, sebaliknya memanfaatkan anaknya hanya sebagai suatu alat penghasil uang.

Di luar hal tersebut, tidak banyak lagi informasi ramai yang beredar. Bahkan, sebelumnya kasus Boram kembali mencuat hingga ramai di TikTok.

Itulah ulasan tentang kasus kekerasan terhadap anak pada YouTuber Boram yang dirangkum dari cerita Hansol Jang lewat kanal YouTube miliknya, Korea Reomit pasca kembali viral di TikTok.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya

Sumber: Youtube Korea Reomit


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x