Pasca Banjir Bandang, Jalur Penghubung Kemiri-Jeketro Masih Belum Bisa Dilalui Kendaraan

- 16 Februari 2024, 17:45 WIB
Kepala Desa Kemiri, Sukirman, saat berada di proyek normalisasi sungai yang terjadi pendangkalan.
Kepala Desa Kemiri, Sukirman, saat berada di proyek normalisasi sungai yang terjadi pendangkalan. /Media Purwodadi/Hana Ratri./


Media Purwodadi – Pasca banjir, jalur Kemiri-Jeketro di Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, belum dapat dilalui kendaraan, baik roda dua atau empat.

Dari pantauan di lapangan, jalur antardesa di Kecamatan Gubug ini masih terlihat berlumpur. Sejumlah alat berat dikerahkan untuk melakukan normalisasi sungai. Seperti yang diberitakan sebelumnya, banjir bandang terjadi di Kecamatan Gubug pada Selasa 6 Februari 2024.

Kepala Desa Kemiri, Sukirman, mengatakan saat hujan turun, jalur ini tidak bisa dilewati. Hal itu seperti terlihat pada Jumat, 16 Februari 2024.

Baca Juga: Polda Jateng Minta Masyarakat Tak Terprovokasi Konten Hoax Pasca Pemungutan Suara

“Pagi ini tadi ada banyak pengendara yang terjatuh karena jalannya licin, setelah tadi malam hujan,” jelas Sukirman, saat ditemui.

Pembersihan lumpur tersebut membutuhkan alat berat. Sukirman mengatakan, pihaknya belum tahu pasti kapan pembersihan lumpur ini akan selesai. Namun, dirinya berharap pekerjaan pembersihan lumpur ini segera selesai.

“Belum tahu kapan selesainya, pengennya ya secepatnya agar aktivitas warga tidak terganggu lagi,” jelas Sukirman.

Prioritas

Sukirman mengatakan, Pemdes Kemiri memprioritaskan penanganan sungai di sisi jalan tersebut. Pasalnya, sungai tersebut penuh lumpur sehingga mengalami pendangkalan.

"Ini ada yang masih tergenang di lingkungannya karena airnya tidak bisa mengalir. Maka, untuk sungai harus diselesaikan dulu," imbuhnya.

Aktivitas Warga Terganggu

Sebuah rumah warga yang berada di dekat proyek normalisasi sungai terlihat masih tergenang lumpur. Moch Sigit Purnomo, pemilik rumah tersebut, mengaku dirinya terpaksa menggendong buah hatinya yang duduk di bangku SD jika hendak berangkat maupun pulang sekolah.

“Sejak banjir 10 hari yang lalu, anak saya tiap berangkat atau pulang sekolah pasti saya gendong. Biasanya ya naik sepeda, tetapi karena kondisinya seperti ini, mau bagaimana lagi. Yang penting pendidikan tetap nomor satu buat saya,” ujar Sigit, sapaan akrabnya.

Dirinya mengatakan bahwa pasca banjir bandang, aktivitas seisi rumahnya berubah. Bahkan, dia terpaksa tidak bisa melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai penyedia bibit anggur import dan sawo meksiko (mamey sapote).

Moch Sigit Purnomo terpaksa gendong anaknya setiap berangkat maupun pulang sekolah.
Moch Sigit Purnomo terpaksa gendong anaknya setiap berangkat maupun pulang sekolah.
Akibat banjir bandang ini, dirinya mengalami kerugian mencapai Rp100 juta. Selain itu, dirinya yang mempunyai peternakan ikan nila ini mengalami kerugian Rp20 juta akibat banjir bandang tersebut.

“Harapannya segera selesai pembersihannya, supaya roda ekonomi kembali berputar lagi seperti semula,” tambah Sigit.

Baca Juga: Candi Joglo Semar Purwodadi Sebagai Penerima Akses Internet Gratis, Siap Ajak Masyarakat Bijak Gunakan Medsos

Berlumpur

Selain jalur antar desa yang menghubungkan antara Kemiri dan Jeketro, perkampungan yang ada di Desa Kemiri juga masih terlihat berlumpur.
Beberapa rumah juga masih terlihat berlumpur di sekelilingnya pasca banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, tanggul Sungai Tuntang yang jebol berdampak pada banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Gubug. Wilayah Desa Kemiri merupakan satu tempat yang terparah. Dikabarkan ada sembilan rumah hilang akibat banjir bandang ini.

Selain itu, puluhan rumah mengalami rusak berat dan ringan. Tidak hanya itu saja, Jalan Semarang-Purwodadi sempat lumpuh karena bahu jalan di barat Jembatan Sungai Tuntang ambrol. Sampai saat ini proses perbaikan tengah dilakukan.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x