Media Purwodadi – Lokakarya Tujuh Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 8 Kabupaten Grobogan digelar di Gedung PGRI, Sabtu 2 Desember 2023.
Sebanyak 121 calon guru penggerak (CGP) dan 18 orang Pengajar Praktik mengikuti Lokakarya Tujuh Pendidikan Guru Penggerak (PGP).
Kegiatan Lokakarya Tujuh Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini digelar oleh Kemendikbudristek RI melalui Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Tengah.
Dalam kegiatan ini hadir Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan, Purnyomo mengucapkan terima kasih kepada BBGP yang telah memfasilitasi dan mensupport kepada ratusan CGP.
“Harapannya ke depan para guru lainnya bisa turut tergerak, bergerak dan menggerakkan. Kemudian, para guru ini bisa mengimplementasikan dengan benar-benar. Dengan menjadi guru penggerak, maka untuk bisa mencapai kepala sekolah hanya perlu butuh satu periode dalam empat tahun,” ujar Purnyomo.
Dalam sambutannya, mantan Kepala SMP N 1 Purwodadi ini menjelaskan, pendidikan di era modern perlu diimbangi dengan tenaga pendidik yang bisa menjadi pendamping dan pengajar kreatif sesuai zamannya.
Dengan demikian, para guru diharapkan tergerak melakukan perubahan yang signifikan. Terlebih guru muda.
“Yang masih muda-muda ini bisa menggerakkan lingkungannya untuk bisa bergerak, sehingga di tangan jenengan, Dinas Pendidikan tidak begitu-begitu saja. Sekolah yang ada di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP menjadi luar biasa,” ujarnya.
Stan Pameran
Dalam kegiatan ini juga dimeriahkan dengan adanya 18 stan Hasil Panen Belajar yang menampilkan karya guru dan siswa.
Menurut Koordinator Pengajar Praktik Grobogan, Bambang Setiyono, 18 stan ini merupakan bagian akhir dari serangkaian program CGP.
“Sebelumnya mereka juga menjalani pembelajaran selama enam bulan. Kemudian mengimplementasikan di sekolah masing-masing hingga menghasilkan karya yang dipamerkan kali ini,” ujar Bambang Setiyono.
Guru penggerak ini sekaligus menunjang perubahan yang meningkatkan dan memperkuat pendidikan karakter, baik bagi anak didik juga kinerja para pendidik yang ada di sekolah. Tujuannya agar mereka sama-sama lebih baik.
Bhineka Tunggal Ika
Dalam momen ini, konsep Bhineka Tunggal Ika dihadirkan. Hal itu terlihat ketika para calon guru penggerak (CGP) ini mengenakan pakaian adat yang berasal dari Nusantara, yakni dari Sabang Sampai Maerauke.
“Apalagi ada beberapa sekolah yang punya siswa dari Papua, tentunya kami menunjukkan kalau sistem pengajaran kami ini mampu diterima semua anak-anak dari berbagai daerah,” ujar Bambang Setiyono.***