Kenalkan Millenial Grobogan Tradisi Sembahyang King Thi Kong lewat Merajut Kembali Pernik Pernik yang Tercecer

- 30 Januari 2023, 07:56 WIB
Suasana sarasehan Merajut Kembali Pernik Pernik yang Tercecer di Klenteng Hok An Bio, Kota Purwodadi.
Suasana sarasehan Merajut Kembali Pernik Pernik yang Tercecer di Klenteng Hok An Bio, Kota Purwodadi. /dok Media Purwodadi / Hana Ratri

Media Purwodadi - Suasana Tahun Baru Imlek 2574 masih terasa di Klenteng Hok An Bio. Apalagi menjelang sembahyang King Thi Kong.

Rangkaian Tahun Baru Imlek dilanjutkan dengan sarasehan yang diikuti 40 orang di Klenteng Hok An Bio.

Sarasehan itu melibatkan 6 orang menjadi penutur di hadapan kaum millenial yang ada di Kabupaten Grobogan.

Baca Juga: Judi Sabung Ayam di Purwodadi, Digerebek Polisi, 17 Orang Ditangkap Bersama 21 Ayam Aduan

Dalam sarasehan ini mengambil tema Merajut Kembali Pernik Pernik yang Tercecer.

Tidak hanya umat Konghucu saja yang ikut, namun kegiatan ini juga mengundang dari organisasi lintas agama dan media.

Mereka yang hadir dalam kegiatan ini juga terdiri dari lintas usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga para sesepuh.

Di awal enam orang penutur ini menceritakan banyak hal terkait dengan tradisi kaum Tionghoa yang menganut aliran Konghucu ini.

Dari enam penutur tersebut, ada yang berkisah momen dari tahun 1984 atau 56 tahun yang lalu.

Bahkan ada yang menceritakan tentang apa saja yang mesti dipersiapkan mereka saat menjelang sembahyang King Thi Kong.

Salah satu penutur yakni Budi Wiguna mengungkapkan, banyak sekali yang dilakukan umat Konghucu saat hendak sembahyang dan itu sudah menjadi tradisi hingga sekarang.

"Nenek atau orang tua menjalankan makan tidak berlauk dari makhluk hidup atau yang dinamakan Ciak Jay," ujar Budi Wiguna, Minggu, 29 Januari 2023.

Budi menuturkan, makanan yang dimaksud adalah 7 aneka sayur mayur tanpa lauk dari hewani atau biasa disebut vegetarian.

Kemudian, selain makan makanan vegetarian, tradisi lain sebelum melakukan sembahyang yakni keramas dan rambut diberikan wewangian.

Wewangian yang dimaksud bukanlah bahan pabrikan, tapi rempah-rempah yang dibakar.

"Ada tradisi mencuci arang untuk membakar dupa, ada juga pada tengah hari, malam akan sembahyang harus menyantap mie dulu," Mak Mbu, salah satu penutur.

Acara tersebut dilaksanakan pada pukul 19.15 WIB. Selama kurang lebih dua jam, para tamu undangan tidak ada yang meninggalkan lokasi tersebut.

Mereka justru menikmati cerita para penutur sambil makan aneka snack yang dihidangkan oleh panitia seperti arem-arem, pisang sale, kolak pisang, kacang rebus, dan aneka jenis makanan lainnya.

Para penutur berharap cerita yang mereka sampaikan itu menjadi perbendaharaan khasanah budaya.

Mereka juga berharap umat Konghucu semakin bertambah dan berkembang lebih banyak lagi.

Hal ini dikarenakan paska orde baru, banyak umat Konghucu yang akhirnya berpindah keyakinan untuk keselamatan mereka tinggal di Indonesia.

Baca Juga: Sidang Lanjutan Kasus Pembunuhan Brigadir J Dilaksanakan Pekan Depan, Ini Jadwal dan Agenda Lengkapnya

Sementara itu kaum millenial dari berbagai organisasi yang hadir dalam kegiatan ini mengucapkan terima kasih kepada para penutur.

"Jadi kita mendapatkan banyak wawasan baru dari umat Konghucu di Klenteng Hok An Bio ini. Berbagai ilmu pengetahuan bisa saya dapatkan dan mengajarkan bagaimana toleransi yang sebenarnya," ungkap Umar, dari Gusdurian.

Usai sarasehan, para umat melaksanakan kegiatan sembahyang King Thi Kong di Klenteng Hok An Bio yang berlokasi Jalan Suhada Purwodadi ini.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah