Media Purwodadi - Sebuah prediksi pada tujuh tahun lagi atau tepatnya tahun 2030 nanti, Indonesia mengalami puncak bonus demografi.
Masalah stunting menjadi fokus utama saat ini, salah satunya di Kabupaten Grobogan.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto yang hadir dalam Tausiyah Kebangsaan di Gedung Serba Guna Dewi Sri menjelaskan, penurunan angka stunting menjadi salah satu pilar penting agar bonus demografi tidak jadi momok.
Baca Juga: Adanya Isu Kelangkaan Pupuk di Grobogan, Ganjar Pranowo Minta Warga Segera Adukan ke LaporGub
Dalam kegiatan bertajuk Memajukan Grobogan, Mencerahkan Indonesia, Edy Wuryanto menekankan, peran setiap kabupaten atau kota sangat krusial dalam respon bonus demografi ini.
“Dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, pemimpin daerah, hingga pusat harus saling bahu-membahu untuk melakukan tindakan menyambut bonus demografi,” kata Edy Wuryanto, Selasa 23 Mei 2023.
Dari data BPS, angkatan kerja pada 2020 sebanyak 140 juta jiwa dari 270 juta penduduk Indonesia.
Jumlah ini akan semakin besar pada 2030. Lalu, jika menilik angka stunting Indonesia jumlahnya masih 21,6 persen.
Edy Wuryanto menjelaskan, target bisa turun di tahun 2024 sebanyak 14 persen saja.
"Yang sekarang masih sekolah, pada 2030 sudah masuk angkatan kerja dan mungkin sudah memiliki keluarga baru. Sehingga intervensinya harus dilakukan sejak sekarang. Semua harus bergerak,” kata Edy Wuryanto yang berasal dari Fraksi PDIP Dapil III Jawa Tengah ini.
Perencanaan Keluarga
Dari data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, kasus stunting di Grobogan berada di angka 9,6 persen dan naik 19,3 persen di tahun 2022.
"Ini harus jadi alarm bersama untuk kita,” ujar Politisi PDI-Perjuangan tersebut.
Edy Wuryanto mengajak semua pihak untuk menguraikan masalah stunting di Grobogan. Pertama, terkait dengan pernikahan dini. Ia menerangkan pada 2021 ada 872 anak di Grobogan yang meminta dispensasi menikah sebelum waktunya.
“Padahal pernikahan usia anak atau yang belum waktunya ada banyak kekurangan. Misalnya secara reproduksi, organnya belum siap. Belum lagi bicara soal finansial dan kesiapan mentalnya dan anak yang dilahirkan berisiko stunting,” tutur Edy.
Untuk itu, Edy meminta agar sosialisasi harus masif. Ini untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait tanggungjawab dalam pernikahan.
“Menikah bukan berarti memutus tanggungjawab orang tua. Justru ketika orang tua membiarkan anak menikah dini, harus disadari akan menimbulkan masalah baru,” tambah dia.
Perhatikan Gizi Perempuan dan Ibu Hamil
Edy Wuryanto juga meminta kepada calon pengantin untuk memperhatikan gizi sebelum menikah.
“Intervensinya bahkan harus dilakukan sejak usia remaja. Rutin minum tablet tambah darah dan makan yang bergizi,” ungkapnya.
Hal ini dikatakan Edy Wuryanto karena jika saat tes pada calon pengantin ditemukan risiko pada calon pangantin perempuan maka harus segera ditangani.
Kemudian gizi ibu hamil dan menyusui juga perlu ditingkatkan. Pasalanya, seribu hari kehidupan merupakan pondasi agar tidak mengalami stunting.
Pria asal Grobogan ini menekankan, posisi ayah dan keluarga juga memiliki tanggungjawab yang sama dengan ibu.
Dalam acara yang mengundang Menko PMK RI, Muhajir Effendy ini, Edy Wuryanto menyarankan, Posyandu di Grobogan harus terus dihidupkan untuk membantu para ibu dalam memantau kondisi anaknya.
“Lewat Posyandu progam makanan tambahan (PMT) berbasis bahan pangan lokal bisa ditingkatkan, sebab makanan bergizi sebenarnya ada di lingkungan sekitar kita. Tidak perlu mahal,” katanya.
“Jangan saat ada kasus stunting baru bergerak, sebab stunting bisa menyebabkan tubuh tidak tumbuh maksimal dan kecerdasan intelektual juga terhambat. Bahkan berisiko mudah terserang beberapa penyakit metabolik," tegas dia.***