Menarik, Budayawan Grobogan Muhadi Paparkan Cerita Sejarah Budaya Grobogan di Hadapan 150 Mahasiswa

- 16 November 2023, 09:33 WIB
Muhadi memberikan pemaparan kepada 150 mahasiswa yang tergabung dalam Makrab IMADISA 2023.
Muhadi memberikan pemaparan kepada 150 mahasiswa yang tergabung dalam Makrab IMADISA 2023. /Dok Candi Joglo Semar./

Media Purwodadi – Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan Salatiga (IMADISA) menggelar malam keakraban yang digelar di Aula Balai Desa Rapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, pada Sabtu 11 November 2023.

 

 

Dalam kegiatan tersebut IMADISA mengundang budayawan asal Grobogan, Muhadi, yang menjadi narasumber dengan pemaparan terkait sejarah Kabupaten Grobogan.

Hal ini sebagai wujud kegelisahan para mahiswa yang ingin mencari dan menggali lebih dalam tentang daerah kelahirannya yakni di Grobogan.

Ketua panitia pelaksana, Hafizh Ghulam Alwi, yang merupakan mahasiswa UIN Salatiga mengungkapkan latar belakang mahasiswa yang berasal dari Grobogan dan Salatiga membuat acara Makrab ini dilengkapi dengan sejarah Kabupaten Grobogan sebagai tema acara.

Baca Juga: Jalur Purwodadi-Blora Padat Merayap, Personel Sat Lantas Polres Grobogan Langsung Urai Lalu Lintas

“Cerita sejarah Grobogan adalah cerita yang paling tepat untuk diangkat dalam acara ini,” ujar Alwi, sapaan akrabnya.

Pihaknya memilih Muhadi sebagai pemateri karena memiliki wawasan yang luas terkait sejarah, nilai dan keunikan daerah Kabupaten Grobogan.

“Luasnya wawasan beliau terkait sejarah, nilai-nilai, dan keunikan kedaerahan menjadikan materi yang disampaikan sangat inspiratif dan kami dari IMADISA menjadi pagam bagaimana sejarah dan keadaan Kabupaten Grobogan dari zaman dulu sampai sekarang,” ujar Alwi.

Dirinya berharap, dengan kegiatan ini bisa sekaligus mengakrabkan para mahasiswa gabungan yang berasal dari Grobogan dan Salatiga.

“Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi seluruh anggota IMADISa untuk merndalami dan mengenal lebih lagi tentang kedaerahan mereka sendiri. Rencananya, kita juga akan melakukan kunjungan atau eksplorasi lebih lanjut,” papar Alwi.

Kegelisahan

Di hadapan 150 mahasiswa yang hadir dalam kegiatan tersebut, Muhadi yang merupakan pengelola sekaligus pemilik Candi Joglo Semar Purwodadi mengungkapkan, materi yang dipaparkan ini membangkitkan kesadaran cinta budaya daerah, khususnya Kabupaten Grobogan.

“Generasi muda saat ini sedang mengalami kegelisahan terhadap budaya yang dimilikinya. Mereka ingin mengenal bahkan bisa memperkenalkannya lewat potensi obyek-obyek yang memiliki daya tarik, seperti kota lainnya,” jelas Muhadi.

Dirinya menambahkan, kegelisahan tersebut menjadi tuntutan mereka dalam mencari dan menggali lebih dalam tentang daerah kelahirannya yakni Kabupaten Grobogan.

Muhadi sendiri mengatakan, dirinya sangat getol mengangkat potensi literasi daerah di Kabupaten Grobogan. Salah satunya dengan memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang sejarah budaya Kabupaten Grobogan di masa lampau.

Antusias

Para mahasiswa yang mendapatkan ilmu baru dari Muhadi ini sangat antusias. Bahkan, beberapa dari mereka bertanya tentang sejarah budaya Grobogan. Salah satu pertanyaan unik terjadi dalam kegiatan tersebut.

“Apakah benar Grobogan merupakan pusat peradaban masa lalu dan menjadi tonggak pergerakan rakyat sejak zaman kerajaan hingga sekarang?” tanya seorang mahasiwa.

Baca Juga: Bisnis Makin Sukses, Produk Lokal dan UMKM Paling Diburu di Shopee 11.11 Big Sale

Muhadi menyambut baik pertanyaan ini. Menurut dia, Grobogan selain punya sejarah peradaban tinggi sejak zaman prba, para tokoh pergerakan juga lahir dan berkembang di Grobogan.

“Selain sebagai pusat pembelajaran olah rasa, para ksatria menajdi raja para sesepuh Grobogan. Para Ki Ageng Tarub dan seluruh silsilahnya juga menjadi penasihat kerajaan Mataram, hingga tokoh pergerakan nasional terlahir dari Grobogan, seperti kakek buyutnya Keraton Surakarta dan Yogyakarta,” jelas Muhadi.

Muhadi bersama para mahasiswa IMADISA usai kegiatan sarasehan.
Muhadi bersama para mahasiswa IMADISA usai kegiatan sarasehan. /Dok Candi Joglo Semar./

Selain itu, ada beberapa tokoh pergerakan seperti Nyi Ageng Serang, Ratu Kalinyamat, Arya Panansang.

 

 

“Kakek buyut Presiden RI Soekarno juga berasal dari Kabupaten Grobogan. Tepatnya di Wirosari. Kemudian kakek buyut dari Gus Dur dan beberapa menteri Orde Baru lahir dari Kabupaten Grobogan. Semuanya menjadi peran penting dalam masa pergerakan dan pembaharuan pemerintahan,” jelas Muhadi.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x