Saat ini, Koesnan Hoesie masih terus aktif menggambar, termasuk menggambar pesanan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tidak seperti jamannya, Koesnan Hoesie melihat potensi kartunis untuk anak muda saat ini tidak berkembang pesat seperti dulu.
Media cetak berkurang drastis, membuat anak muda lari untuk membuat gambar kartun secara indie.
"Bukan kurang, kalau media cetak memang pelan pasti drastis berkurang, mereka melakukan penerbitan indi serta mengerjakan animasi-animasi dengan cyndicate luar negeri, termasuk yang dipakai banyak produser luar negeri," ujar Hoesie.
"Pasar dalam negeri kurang bisa menghargai atau nggak mampu bayar untuk tenaga yang cuma bersaing di dalam negeri," tambahnya.
Koesnan Hoesie mengungkapkan seni kartun terbagi menjadi dua hal, yakni gag cartoon dan polical atau editorial cartoon.
Baca Juga: Ali Fikry Harus Belajar Bahasa Jawa Demi Perannya Sebagai Adi di Film Waktu Maghrib
Gag cartoon adalah kartun yang menggambarkan hal yang lucu. Sedangkan polical atau editorial cartoon adalah yang memuat pesan di setiap situasi.
"Yang sering saya kerjakan itu masuk polical atau editorial cartoon yang memuat pesan di setiap situasi dan ada caricature yang menggambarkan wajah seseorang yang dilebih-lebihkan maupun dikurangi," ujar Hoesie.
"Tapi tidak mengurangi esensi dari obyek yang digambar, semua bisa di-combine untuk jadi illustrasi yang berfungsi macam-macam menurut kebutuhan," tambah Hoesie.***