Dampak yang diakibatkan ASS bervariasi dari ringan hingga berat. Dalam jangka pendek anak akan mengalami rasa tidak nyaman serta kesulitan makan dan tidur.
Sementara pada jangka panjangnya dapat mencakup berat badan yang tidak optimal, malnutrisi, dan keterlambatan pertumbuhan.
Sifat alergi susu sapi yang persisten juga dapat meningkatkan risiko perkembangan kondisi atopik seperti asma atau eksim.
Menurutnya, meski alergi susu sapi jadi alergi makanan yang paling umum pada awal masa kanak-kanak, yang insidennya mencapai dua sampai tiga persen pada tahun pertama kehidupan, namun orang tua tetap perlu mewaspadai gejala alergi yang berbeda pada tiap anak.
Sebab berdasarkan data yang dihimpun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi ASS pada anak Indonesia sekitar dua hingga 7,5 persen, dengan protein susu sapi menjadi alergen kedua yang paling umum setelah telur.
Budi menyebut gejala umum yang paling sering nampak pada anak meliputi ruam pada kulit, gatal-gatal dan diare.
Kalaupun anak merasakan gejala yang berbeda, biasanya meliputi masalah pernapasan yang serius seperti anafilaksis.
“Makanya, penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius dan memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” kata dia.
Ada sejumlah tata laksana yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengenali gejala-gejala tersebut sejak dini.