Para Kader Aisyiyah Jawa Tengah Gelorakan Kental Manis Bukan Susu, Bantu Selamatkan Generasi Muda Sejak Dini

- 16 November 2023, 20:45 WIB
Orientasi Kader Grass dan Sosialisasi Gizi dengan tema Kental Manis Bukan Susu digelar di Semarang.
Orientasi Kader Grass dan Sosialisasi Gizi dengan tema Kental Manis Bukan Susu digelar di Semarang. /Media Purwodadi/Andik Sismanto./

Media Purwodadi – Pemberian panganan tinggi gula, seperti kental manis pada balita menjadi persoalan di Jawa Tengah. Kebiasaan mengonsumsi susu kental manis ini mengancam kualitas sumber daya manusia di masa depan.

 

 

Hal inilah yang membuat PP Aisyitah bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Universitas Muhammadiyah Semarang serta Yayasan Abipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menggelar orientasi kader dan sosialisasi tentang pemenuhan gizi dan peruntukan kental manis.

Kegiatan orientasi dan sosialisasi ini diselenggarakan Pimpinan Pusat Aisyiyah di Gedung Kuliah Bersama (GBK) Unimus, Rabu, 15 November 2023.

Baca Juga: Satpol PP Jawa Tengah Tertibkan 10 Bangunan Liar yang Berdiri di Jalan Purwodadi-Semarang

Topik yang dibahas yakni kental manis bukan susu dan harus diwaspadai di tengah maraknya kasus stunting di Jawa Tengah.

Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mengatakan, persoalan kesehatan yang terjadi saat ini banyak terjadi karena pola asuh yang salah, yang diterapkan oleh para orang tua.

Pengetahuan gizi adalah yang paling sering terjdi dan contohnya adalah pemberian kental manis pada balita sebagai minuman susu.

“Persoalan kesehatan lebih banyak timbul karena pola asuh yang salah dan pengetahuan orang tua yang kurang. Salah satunya pemberian kental manis pada balita sebagai minum susu,” ujar Yunita.

Dalam materinya, Yunita menegaskan bahwa kandungan gizi kental manis tidak sama dengan susu. Jika ingin dikonsumsi, hanya bisa dipergunakan untuk orang dewasa. Bukan untuk balita.

“Jika dikonsumsi oleh orang dewasa itupun hanya sebagai topping dan harus dibatasi jumlah konsumsinya karena kental manis kandungan gulanya sangat tinggi dan tidak sama dengan susu,” jelas Yuni.

Tidak Penuhi AKG

Sementara itu, Ahli Gizi UNIMUS, Ir Purwanti Susanti menjelaskan, meski di dalam kental manis ada kandungan susu, namun tidak dapat memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).

Dirinya menjelaskan, dalam proses pembuatan kental manis ini, susu yang ada di dalamnya itu dikeringkan, sehingga kandungan susunya hilang.

Setelah kering, kental manis ditambah gula dengan porsi yang sangat banyak dan kandungan gula di dalamnya menjadi tinggi.

“Kental manis ini memang bahan dasarnya susu, tetapi sudah lewat proses pengeringan, sehingga nilai gizi dalam susunya hilang. Parahnya, kental manis ditambah gula dengan porsi yang banyak dan jadinya kandungn gulanya juga tinggi,” papar Purwanti.

Ancaman Kesehatan

Peringatan keras mengalir dari bibir Purwanti. Dirinya menjelaskan, kental manis yang dikonsumsi oleh anak atau balita akan membuat mereka malas makan, hingga jatuh sakit dan kurang gizi.

“Bahkan bisa memicu obesitas, karies gigi, diabetes hingga penyakit jantung,” jelas Purwanti.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca di Kabupaten Grobogan Jumat 17 November 2023, Hujan di Malam Hari

Siap Andil

Sementara itu Kordiv Pemberdayaan Masyarakat Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dr dr Ekorini Listiowati menekankan para kader Aisyiyah hrus siap ikut andil dengan turun tangan langsung dari tingkat pusat, wilayah, cabang hingga ranting dalam pengentasan masalah stunting.

Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kental manis bukan susu. Dirinya berharap para kader Aisyiyah ini harus siap jadi agent of change dalam pengentasan stunting dan edukasi kental manis bukan susu.

 

 

“Sebagai seorang kader Aisyiyah yang memegang teguh nilai-nilai Islam, maka kita tidak boleh meninggalkan generasi di bawah kita menjadi generasi yang lebih lemah. Generasi di bawah kita harus lebih kuat dari pada kita,” ujar dr Ekorini.***

Editor: Andik Sismanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x