Mengenal Sosok Koesnan Hoesie, Kartunis Asal Semarang yang Satu Karyanya Diunggah Mahfud MD di Akun Twitter

31 Januari 2023, 15:33 WIB
Koesnan Hoesie yang rajin menggambar untuk mengisi hari pasca pensiun dari dua media besar. /dok pribadi Koesnan Hoesie.

 

Media Purwodadi - Menteri Koordinator Polhukam RI, Mahfud MD membagikan unggahan foto kartun dengan tema keadilan pada akun Twitter pribadinya @mahfudmd.

"Dapat kiriman ini dari teman sesama menteri," tulis Mahfud MD dalam Twitter-nya.

Pada gambar kartun itu, terdapat percakapan bapak dan anak tentang keadilan.

Baca Juga: Rumah Mantan Kepala Desa di Grobogan Jadi Tempat Penimbunan Solar, Polisi Tengah Lakukan Penyelidikan

"Mau minta keadilan, Pak," ujar si anak yang digambarkan dengan tubuh pendek dan gigi tampak satu maju ke depan.

"Minta..minta.. Beliiiiii," ujar si bapak yang raut mukanya digambarkan merah padam dengan lidah seakan tergetar.

Unggahan Mahfud MD tentang gambar kartun bertema keadilan di akun Twitternya, Selasa 31 Januari 2023. Twitter @mahfudmd

Tidak banyak yang tahu jika kartun tersebut adalah karya dari kartunis Semarang, Koesnan Hoesie.

Koesnan Hoesie yang tidak punya akun Twitter tersebut kaget setelah kawan kawannya mengunggah screenshot Twitter Mahfud MD yang mengunggah kartun karyanya itu pada Facebook yang ditandai namanya.

Lewat wawancara melalui Messenger, Koesnan Hoesie menceritakan tentang kartun karyanya itu.

"Itu karya lama. Sudah 30 tahun lalu, tapi diperbaharui untuk buku karya teman," ujar Koesnan Hoesie.

"Saya nggak punya Twitter. Baru diberitahu beberapa teman yang mengatakan kepada saya bahwa karya saya diunggah," ujar Koesnan Hoesie, yang kini tinggal di Semarang.

Koesnan Hoesie mengungkapkan bahwa karya kartun yang diunggah Mahfud MD itu dibuat 30 tahun lalu pada saat dirinya bekerja di Harian Sore di Kota Semarang.

Ditanya soal ide pembuatannya, Koesnan Hoesie sendiri mengungkapkan dirinya tidak ingat dan harus merangkaikan koran yang mencetak kartunnya itu.

"Kalau suruh ingat satu-satu musti ketemu dulu Koran Wawasan (tempatnya bekerja dulu), di tahun yang sama waktu memuat kartun itu, sehingga benang merahnya jelas, tapi hakekat peristiwa itu 'kan sampai sekarang terjadi, diamati saja," ujar Koesnan Hoesie.

Koesnan Hoesie mulai membuat karya kartun pada tahun 1974 atau sejak SD. Secara profesional, dirinya sudah mulai menjadi kartunis tahun 1981.

Pria yang akrab disapa Hoesie ini menyatakan enggan menilai karyanya sendiri. Ia mempersilakan orang lain menilai. Termasuk kartun yang bernilai politik.

"Nggak mau (menilai). Biar orang lain yang menilai, political carton itu sangat situasional, masing-masing punya jamannya sendiri," tambah Hoesie.

Menikmati masa pensiun dari dua media besar, tidak membuat Koesnan Hoesie berhenti menggambar.

Saat ini, Koesnan Hoesie masih terus aktif menggambar, termasuk menggambar pesanan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Tidak seperti jamannya, Koesnan Hoesie melihat potensi kartunis untuk anak muda saat ini tidak berkembang pesat seperti dulu.

Media cetak berkurang drastis, membuat anak muda lari untuk membuat gambar kartun secara indie.

"Bukan kurang, kalau media cetak memang pelan pasti drastis berkurang, mereka melakukan penerbitan indi serta mengerjakan animasi-animasi dengan cyndicate luar negeri, termasuk yang dipakai banyak produser luar negeri," ujar Hoesie.

"Pasar dalam negeri kurang bisa menghargai atau nggak mampu bayar untuk tenaga yang cuma bersaing di dalam negeri," tambahnya.

Koesnan Hoesie mengungkapkan seni kartun terbagi menjadi dua hal, yakni gag cartoon dan polical atau editorial cartoon.

Baca Juga: Ali Fikry Harus Belajar Bahasa Jawa Demi Perannya Sebagai Adi di Film Waktu Maghrib

Gag cartoon adalah kartun yang menggambarkan hal yang lucu. Sedangkan polical atau editorial cartoon adalah yang memuat pesan di setiap situasi.

"Yang sering saya kerjakan itu masuk polical atau editorial cartoon yang memuat pesan di setiap situasi dan ada caricature yang menggambarkan wajah seseorang yang dilebih-lebihkan maupun dikurangi," ujar Hoesie.

"Tapi tidak mengurangi esensi dari obyek yang digambar, semua bisa di-combine untuk jadi illustrasi yang berfungsi macam-macam menurut kebutuhan," tambah Hoesie.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya

Tags

Terkini

Terpopuler