Sherly Annavita Rahmi Ulas Buku Hijrah Bang Tato Karya Fahd Pahdepie, Sebuah Novel dari Kisah Nyata Preman

- 10 Mei 2022, 12:45 WIB
Sherly Annavita Rahmi saat mengulas tentang buku Hijrah Bang Tato.
Sherly Annavita Rahmi saat mengulas tentang buku Hijrah Bang Tato. /tangkapan layar YouTube Sherly Annavita Rahmi.

Media Purwodadi – Hijrah menjadi proses meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan manusia.

Perjalanan panjang selama hidup yang bernama hijrah, tentunya setiap manusia akan mengalami masa hijrah dalam kesempatan yang selalu Tuhan berikan.

Seperti proses hijrah Bang Tato, sosok dari pemeran utama buku karya Fahd Pahdepie. Dalam buku tersebut berkisah tentang Bang Tato mengalami banyak halangan dan hambatan dalam kehidupannya.

Baca Juga: Manfaat Doa Syekh Abdul Khodir, Segala Urusan Jadi Lebih Mudah dan Membukakan Pintu Rezeki Anda

Buku Hijrah Bang Tato menjadi salah satu contoh terbaik dalam counter-narrative act to radicalism and extremism yang telah membawa karya milik Fahd Pahdepie mendapatkan berbagai penghargaan.

Melalui penelusuran Media Purwodadi, Sherly Annavita Rahmi mengulas buku ‘Hijrah Bang Tato’ diangkat dari kisah hijrah seorang mantan preman karya Fahd Pahdepie.

Fahd Pahdepie merupakan seorang penulis, pengusaha, dan intelektual yang telah menyelesaikan S2 di Monash University.

Ia juga mendapatkan penghargaan Outstanding Alumni (2017) dari Australia Global Alumni dan Australia Awards.

Fahd juga masuk dalam daftar 20 pemimpin muda berpengaruh Australia-ASEAN, versi Australia Malaysia Institute dan Asialink.

Saat ini Fahd diamanahkan menjadi CEO inilah.com, executive director @amanainstitute, dan founder dari Revolusi Kedai Kopi.

Kemampuan storytelling Fahd dalam menceritakan buku Hijrah Bang Tato ini, mampu membawanya ke konferensi TED Talks tingkat dunia.

Seperti TED Talk Australia Global Alumni, Monash Arts Alumni Summit, Conference of Australian and Indonesian Youth (CAUSINDY 2017), Singapore Writer Festival 2017.

Sherly memberi sebanyak dua alasan mengangkat buku Hijrah Bang Tato karya Fahd Pahdepie.

Pertama, semakin gampang men-judge orang lain, hanya melihat dari penampilan luar. Tapi untuk bisa menilai orang secara keseluruhan, rasanya tidak adil jika menilai baik dan buruk seseorang hanya melihat berdasarkan kasat mata.

Penulis lewat buku Hijrah Bang Tato ini menunjukkan, betapa dahsyatnya impact saat kita ingin menghidupkan sisi empati sebagai manusia.

Baca Juga: Lirik Lagu Jika Mengerti Aku Andika Mahesa Kangen Band, Berkisah Tentang Cinta Seseorang Memperjelas Perasaan

Melihat sesuatu dari perspektif orang lain, sehingga kita mampu merasakan apa yang orang lain rasakan.

Kedua, buku ini diangkat dari kisah nyata yang sangat lazim terjadi pada zaman sekarang seperti fenomena ‘hijrah’.

Fahd Pahdepie mampu mengkolaborasikan dari sudut pandang humanis, dan membuat para pembaca menjadi sangat dekat serta tidak berjarak antara makna dan hijrah itu sendiri.

“Sangat menggambarkan nilai kemanusiaan, setiap manusia berhak memiliki harapan dan memperjuangkannya. Cinta dan kepercayaan semua ini sangat dekat dengan kehidupan kita semua,” ujar Sherly saat mengulas buku tersebut.

Ada 3 poin utama yang sangat menarik bagi Sherly dalam buku Hijrah Bang Tato karya Fahd Pahdepie. Poin pertama, don’t judge a book by its cover.

Sosok Lalan Maulana (Bang Tato) yang menjadi pemeran utama dari kisah nyatanya yang merupakan seorang bos preman.

Almarhum Lalan juga sempat menjadi ketua geng motor. Sosok beliau sangat disegani dan ditakuti oleh preman dan para teman geng motor di wilayahnya. Seluruh tubuhnya juga nyaris dipenuhi dengan tato.

Saat situasi dan kondisi dari hidayah Tuhan yang datang kepada Bang Tato melalui rasa takut.

Posisi beliau saat itu sedang telentang, mirip orang yang sudah mat dan badannya tidak bisa digerakkan sama sekali.

Ada perasaan ‘takut’ yang luar biasa saat itu, dari sini, kisah hijrahnya dimulai dari bertemu dengan ustad Fiqih hingga Nurmah yang menjadi istrinya.  

“Dalam proses hijrah ini banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil, salah satunya saat ada seorang ustad yang mengatakan kepadanya ‘kamu gak boleh sholat ngapain kamu sholat? Sholatmu gak akan diterima karena kamu bertato,” ungkap Sherly.

Terlepas dari ada syarat sah dan rukun tertentu dalam melakukan ibadah. Akan tetapi, sekali lagi, banyaknya pahala dan dosa, kedalaman niat, diterima atau tidaknya ibadah kita, itu bukan ranahnya manusia untuk menilai.

Ide besar kedua, setiap orang berhak mendapatkan ‘kesempatan kedua’. Yakni pada saat Bang Tato menikahi Nurmah, anak dari seorang Ustadz ternama di wilayahnya.

Pernikahan Bang Tato dan Nurmah ini mengajarkan kepada kita akan selalu ada kesempatan kedua bagi siapa saja yang mau mengakui kesalahan dan memperbaikinya.

“Memastikan bahwa harapan atas second chance itu masih dan tetap ada saat kita bersungguh-sungguh, adalah dasar pertimbangan dan alasan kita untuk bisa bersikap humanis kepada siapa saja,” kata Sherly.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta, Selasa 10 Mei 2022 : Andien Buktikan Diri Bisa Tempuh Semuanya, Nino Paksakan Elsa

Atas dasar kemanusiaan, kita sebetulnya tidak perlu melihat dari segi agama, suku, ras, bahasa yang digunakan.

Ide pokok ketiga, yakni 'it’s not about ‘starting point’ but it’s all about ‘finishing point’ yang artinya bukan tentang poin awal, namun poin akhir.

“Ada banyak hal di dunia ini yang nggak bisa kita pilih. Seperti lahir dimana, di tengah keluarga seperti apa, dan pola asuh keluarga seperti apa, dan sejenisnya,” lanjut Sherly.

Namun, justru bukan tentang privilege yang kita miliki di titik awal yang penting, melainkan dengan semua itu, ‘kita mau ngapain?’ dan ‘kita mau bagaimana?’.

Kisah hijrah Bang Tato yang diceritakan oleh Fahd Pahdepie, menunjukkan kepada kita semua tentang sosok Lalan yang memiliki rekam jejak buruk.

Tapi bagaimana ia meninggalkan kita semua dengan bercita-cita mendirikan sebuah pesantren hafiz yang sampai sekarang dijalankan oleh istrinya.

Bang Tato dengan kisahnya sudah menunjukkan pada kita semua dari finishing point di dunia.

“Tinggal kita yang saat ini masih dikasih kesempatan hidup dan untuk berupaya memastikan, bagaimana finishing poin kita?”  ungkap Sherly.

Dan finishing poin dari garis hidup di dunia atau fase kehidupan kita di dunia ini adalah ‘kematian’. Karena hidup kita cuma satu kali, maka pastikan kita hidup yang berarti.

Demikian ulasan dari Sherly Annavita Rahmi yang mengulas buku Hijrah Bang Tato karya Fahd Pahdepie yang diangkat dari kisah nyata sosok Lalan, seorang mantan preman. ***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya

Sumber: YouTube Sherly Annavita Rahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x